Senin, 14 April 2014

Tugas = Pemicu Stress, Managemen Waktu Solusinya


Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

foto : naurmi
Tugas merupakan sesuatu yang tak terlepas dari kehidupan siswa sebagai seorang pelajar, menurut Desmita (2009 dalam Gayatri, 2014) salah satu penyumbang stress bagi siswa disekolah yaitu adanya tuntutan – tuntutan tugas (task demands) dari guru. Dimana pemberian tugas itu dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami materi yang telah ataupun akan disampaikan oleh pengajar. Akan tetapi keberadaan tugas itu sendiri sering memicu stress pada siswa. Jika ditelisik lebih dalam penyebab stress itu bukan karena adanya tugas melainkan lebih kepada cara siswa dalam menangani tugas tersebut. Maksud penulis kebanyakan siswa dalam mengerjakan tugas lebih memilih mengerjakan didetik – detik terakhir waktu pengerjaan yang diberikan. Sehingga tugas – tugas dari berbagai mata pelajaran mengumpul diakhir pekan. Sebagai contoh Yeni mendapatkan tugas pada mata pelajaran x pada hari selasa. Kemudian dia mendapatkan dua tugas lagi di hari rabu pada mata kuliah y dan w. Ketiga tugas tersebut mempunyai deadline yang sama yaitu dipresentasikan pada pertemuan yang akan datang. Akan tetapi dikala Yeni mempunyai waktu luang tidak ia gunakan untuk menyicil tugas – tugas yang ada. Ia lebih memilih melirik tugas – tugas itu dihari minggu ataupun senin atau dengan lain waktu mepet.

Kondisi inilah yang sering menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, Ini dikarenakan tenggang waktu pengerjaan tinggal sebentar akan tetapi tugasnya masih menumpuk belum lagi jika ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Sehingga membuat seseorang khususnya Yeni tidak bisa menikmati waktu luangnya dengan nyaman, merasa tertekan dengan waktu, tidak sabaran dan gelisah. Indikasi tersebut merupakan gejala stress secara kualitas psiokologis pada kepribadian tipe A yang berupa selalu bergerak, tidak sabaran, melakukan dua hal dalam satu waktu, tidak bisa menikmati waktu luang dengan nyaman dan secara konstan sangat merasa tertekan dengan waktu (Scaufis, 1993 dalam Gayatri, 2014). Penulis memprediksikan jika hal ini terus – menerus dilakukan dikala memperoleh tugas maka individu yang bersangkutan tidak akan pernah bisa menikmati waktu luang di akhir pekannya dengan tenang. Kerugian yang lainnya berupa waktu yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti berlibur bersama keluarga atau temanpun jadi tidak bisa karena masih ada tugas yang harus di selesaikan.