Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
foto : naurmi |
Tugas merupakan sesuatu yang tak terlepas dari kehidupan
siswa sebagai seorang pelajar, menurut Desmita (2009 dalam Gayatri, 2014) salah
satu penyumbang stress bagi siswa disekolah yaitu adanya tuntutan – tuntutan
tugas (task demands) dari guru. Dimana
pemberian tugas itu dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami materi yang
telah ataupun akan disampaikan oleh pengajar. Akan tetapi keberadaan tugas itu
sendiri sering memicu stress pada
siswa. Jika ditelisik lebih dalam penyebab stress
itu bukan karena adanya tugas melainkan lebih kepada cara siswa dalam menangani
tugas tersebut. Maksud penulis kebanyakan siswa dalam mengerjakan tugas lebih
memilih mengerjakan didetik – detik terakhir waktu pengerjaan yang diberikan.
Sehingga tugas – tugas dari berbagai mata pelajaran mengumpul diakhir pekan.
Sebagai contoh Yeni mendapatkan tugas pada mata pelajaran x pada hari selasa.
Kemudian dia mendapatkan dua tugas lagi di hari rabu pada mata kuliah y dan w.
Ketiga tugas tersebut mempunyai deadline
yang sama yaitu dipresentasikan pada pertemuan yang akan datang. Akan tetapi
dikala Yeni mempunyai waktu luang tidak ia gunakan untuk menyicil tugas – tugas
yang ada. Ia lebih memilih melirik tugas – tugas itu dihari minggu ataupun
senin atau dengan lain waktu mepet.
Kondisi inilah yang sering menimbulkan kecemasan dan
kegelisahan, Ini dikarenakan tenggang waktu pengerjaan tinggal sebentar akan
tetapi tugasnya masih menumpuk belum lagi jika ada pekerjaan lain yang harus
diselesaikan terlebih dahulu. Sehingga membuat seseorang khususnya Yeni tidak
bisa menikmati waktu luangnya dengan nyaman, merasa tertekan dengan waktu,
tidak sabaran dan gelisah. Indikasi tersebut merupakan gejala stress secara kualitas psiokologis pada
kepribadian tipe A yang berupa selalu bergerak, tidak sabaran, melakukan dua
hal dalam satu waktu, tidak bisa menikmati waktu luang dengan nyaman dan secara
konstan sangat merasa tertekan dengan waktu (Scaufis, 1993 dalam Gayatri,
2014). Penulis memprediksikan jika hal ini terus – menerus dilakukan dikala
memperoleh tugas maka individu yang bersangkutan tidak akan pernah bisa
menikmati waktu luang di akhir pekannya dengan tenang. Kerugian yang lainnya
berupa waktu yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti berlibur
bersama keluarga atau temanpun jadi tidak bisa karena masih ada tugas yang
harus di selesaikan.
Untuk itu diperlukan sebuah pengendalian agar stress dapat berkurang misalnya saja
dengan memanajemen waktu dengan sebaik – baiknya. Maksudnya dikala kita ada
waktu senggang kita manfaatkan untuk menyicil mengerjakan tugas sedikit demi
sedikit. Hingga tanpa terasa tugas – tugas kitapun akhirnya berkurang, dan
akhir pekanpun kita terbebas dari stress
dan tinggal kita manfaatkan saja untuk melakukan kegiatan lain seperti
berkumpul bersama keluarga. Selain itu kita juga harus menghilangkan rasa malas yang
membuat kita enggan untuk menyentuh tugas – tugas itu, menurut penulis malas
merupakan godaan terbesar dalam managemen waktu. Percuma saja jika kita
mempunyai banyak waktu luang akan tetapi juga didominasi oleh rasa malas, yang
ada tugas kita tak ada yang dicicil satupun. Untuk itu kita harus memotivasi
diri sendiri untuk melawan rasa malas itu, sehingga kita tergerak untuk
mengerjakan tugas – tugas tersebut.
Tugas – tugas yang banyak memang bisa memicu stress akan
tetapi adanya managemen waktu dalam pengerjaan tugas tersebut, diharapkan dapat
menjadi solusi untuk mengurangi stress itu sendiri.
Daftar Pustaka :
Lusia,G.Y.(2014).Kumpulah Materi Mengajar Psikologi Umum.
Yogyakarta : Up45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar